Workshop Keaman Siber untuk Industri Asuransi
- 3 Desember 2025
- IKNB
- Offline
Latar belakang
- Kasus kejahatan siber yang terjadi di Indonesia menyerang berbagai sektor baik instansi pemerintah maupun swasta, tak terkecuali sektor jasa keuangan. Berdasarkan data dari BSSN, sektor keuangan menduduki urutan ketiga setelah sektor administrasi pemerintahan dan energi, sebagai sektor yang paling banyak mengalami anomali internet. Tercatat terdapat 403.990.813 anomali, di mana sebanyak 109.379.790 merupakan Generic Trojan RAT, yaitu aktivitas yang berpotensi digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan mencurigakan seperti pencurian informasi, penghapusan data, pemblokiran, penyalinan informasi, serta menjalankan program pada perangkat yang terinfeksi di luar kehendak pengguna. Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya untuk meningkatkan penanganan keamanan serangan siber bagi sektor jasa keuangan di Indonesia.
- Peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya perlindungan terhadap serangan siber juga didukung dengan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), di mana terdapat penurunan jumlah serangan pada tahun 2023 dengan total sebanyak 279,84 juta dibandingkan serangan pada tahun 2022 yang sebanyak 370,02 juta serangan. Meskipun demikian, pihak BSSN menghimbau agar masyarakat tetap waspada.
- Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan oleh BSSN sepanjang tahun 2023, terdapat total 347 dugaan insiden siber dengan jumlah jenis dugaan insiden tertinggi yaitu data breach. Di samping itu, hasil penelusuran pada darknet, ditemukan adanya 1.674.185 temuan data exposure yang berdampak pada 429 stakeholders di Indonesia. Selanjutnya, pada kasus web defacement ditemukan sebanyak 189 kasus yang telah dinotifikasi oleh BSSN dengan klasifikasi kasus paling banyak adalah web defacement pada halaman tersembunyi (hidden). Berdasarkan laporan yang diterima dari stakeholders pada layanan aduan siber, diperoleh sebanyak 1.417 aduan dengan kategori aduan terbanyak adalah Cybercrime sebanyak 86% 1. Selanjutnya, berdasarkan analisis yang dilakukan BSSN, potensi ancaman siber yang diprediksi akan muncul di tahun 2024, meliputi Web Defacement, Ransomware, Cyber Threats Based Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT) Attack, Advanced Persistent Threat (APT), Phishing, dan Distributed Denial of Service (DDoS).
- Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, diperlukan program pembekalan bagi SDM di industri jasa keuangan khususunya di Industri Asuransi melalui sebuah program pelatihan (workshop) mengenai bagaimana mengelola keamanan siber di industri jasa keuangan, dengan menghadirkan narasumber yang merupakan pakar di bidangnya.
- Melalui kegiatan Workshop Keamanan Siber di Industri Asuransi ini, diharapkan peserta memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai ancaman siber terkini, strategi penguatan keamanan data, serta implementasi kebijakan dan standar siber yang relevan dengan regulasi OJK maupun best practice industri.
Objektif
- Memberikan pemahaman mengenai regulasi, lanskap dan tren insiden keamanan siber yang menyerang industri jasa keuangan saat ini.
- Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap ancaman keamanan siber di industri jasa keuangan.
- Mengidentifikasi dan menganalisis ancaman dan kerentanan siber khususnya untuk industri Asuransi.
- Memahami strategi penanganan ancaman keamanan siber di Industri Jasa Keuangan.
Peserta
Maksimal 1 (satu) orang Pejabat dari masing2 perusahaan dengan level jabatan Manajer Menengah yang menjalankan fungsi ketahanan dan keamanan siber
Lokasi
Jakarta