Print

Dinamika Geopolitik dan Ketahanan Nasional: Strategi Memperkuat Perekonomian Indonesia

  • 14 Agustus 2025
  • Lintas Sektor
  • Online

Latar belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, dinamika geopolitik global mengalami perubahan signifikan yang turut mempengaruhi ketahanan nasional berbagai negara, termasuk Indonesia. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, konflik Rusia-Ukraina, instabilitas kawasan Timur Tengah serta ketegangan di kawasan Indo-Pasifik menyebabkan ketidakpastian dalam rantai pasok global, fluktuasi harga energi, dan ketidakstabilan pasar keuangan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang strategis di kawasan Asia Tenggara harus mampu menavigasi dinamika ini untuk menjaga stabilitas nasional, terutama dari sisi ekonomi.

Ketahanan nasional tidak hanya diukur dari aspek militer dan politik, tetapi juga dari kemampuan ekonomi suatu negara untuk bertahan, menyesuaikan diri, dan tumbuh di tengah tantangan global. Ketahanan ekonomi menjadi fondasi utama dalam menghadapi tekanan geopolitik seperti embargo perdagangan, disrupsi logistik, dan fluktuasi nilai tukar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2025 tetap solid di angka 4,87% (y-on-y), capaian ini menunjukkan ketahanan yang relatif baik di tengah tekanan eksternal.[1] Meski demikian, tekanan dari fluktuasi harga energi dan pangan global serta arus modal yang tidak stabil masih menjadi tantangan tersendiri bagi pengambil kebijakan di dalam negeri.[2][3]

Berdasarkan laporan Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi pada triwulan I-2025 mencapai Rp 465,2 triliun, meningkat 15,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi ketidakpastian global, kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia masih cukup tinggi.[4] Oleh karena itu, penguatan ketahanan nasional, baik dari segi ekonomi maupun stabilitas ketahanan nasional menjadi sangat krusial untuk menjadikan Indonesia sebagai negara investasi yang aman.

Pada akhirnya, penguatan ketahanan nasional tidak hanya menekankan aspek pertahanan dan keamanan, tetapi juga integrasi antara aspek ekonomi, sosial, politik, dan ideologi yang didasari nilai-nilai Pancasila serta kearifan nasional. Kolaborasi multipihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat luas—menjadi kunci dalam memanfaatkan bonus demografi, memperkuat konsolidasi nasional, dan menjamin kemandirian serta daya saing bangsa di kancah global di tengah dinamika geopolitik yang terus bergerak cepat. Melalui webinar ini, kami mengharapkan peserta dapat menggali pemahaman lebih dalam mengenai keterkaitan antara dinamika geopolitik dan strategi ketahanan nasional, serta mengeksplorasi solusi inovatif dan kolaboratif untuk memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia.


 


[1] Badan Pusat Statistik. (2025). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2025. https://www.bps.go.id

[2] Musyaffa, I. N. (2025, Maret 6). Tantangan ekonomi 2025: Kebijakan moneter ketat dan dampaknya terhadap daya beli. Pendidikan Ekonomi FEB Unesa. https://pe.feb.unesa.ac.id/post/tantangan-ekonomi-2025-kebijakan-moneter-ketat-dan-dampaknya-terhadap-daya-beli

[3]https://nasional.kompas.com/read/2025/06/30/19160621/lemhanas-ri-dinilai-aman-di-tengah-ketidakpastian-global-tapi-harus-waspada

[4] Kementerian Investasi/BKPM. (2025). Realisasi Investasi Semester I-2025. https://www.investindonesia.go.id

 

Objektif
  1. Meningkatkan pemahaman peserta terhadap dampak dinamika geopolitik global terhadap perekonomian nasional.
  2. Mendorong analisis kritis peserta mengenai strategi ketahanan nasional dalam menghadapi ketidakpastian global.
  3. Memberikan wawasan kepada peserta mengenai kebijakan ekonomi yang adaptif dan berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.
Peserta
Pimpinan dan Pegawai OJK, Perwakilan Industri Jasa Keuangan, Akademisi dan Masyarakat Umum
Pembicara
  • Mayor Jenderal TNI Rido Hermawan (Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas )
  • Tri Tharyat (Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia)
  • Andry Asmoro (Chief Economist PT Bank Mandiri Persero, Tbk )